Mutiara Amaly Vol-31 Mutiara Amaly Vol 32 Mutiara Amaly Vol 33 Mutiara Amaly Vol 34 Mutiara Amaly Vol 35 Mutiara Amaly Vol 36

Kamis, 26 Februari 2009

EFSA Forum Silaturrohmi Majalah Mutiara Amaly


"DETAK JANTUNG UMAT"

Ketika Rasulullah tiba di Madinah selepas berhijrah dari Makkah, apa yang dilakukan pertama kali adalah membangun masjid. Masjid yang dibina dengan beratapkan pelepah kurma itu berkembang menjadi pusat kehidupan umat. Walaupun sederhana, ia kemudian terbukti mampu melahirkan banyak tokoh Islam.

Pemakmur masjid pada zaman Rasulullah adalah dari pelbagai bidang kehidupan. Sebagian dari mereka menjadi pedagang, tentara dan birokrat pemerintah yang amanah dan bertanggungjawab.

Yang lain pula menjadi cendekiawan pencinta dan penyebar ilmu pengetahuan kepada masyarakat, pengusaha dan pekerja yang memiliki akhlak yang tinggi dan etika kerja yang cemerlang, penyebar ajaran Islam yang tidak mengenal penat lelah dan tidak mengharapkan apa pun, selain keredaan Allah.

Sejarah mencatatkan masjid pada zaman itu tidak hanya dimanfaatkan sebagai tempat bersujud seorang hamba kepada Allah, tetapi pusat kegiatan keseharian umat.
Ia berfungsi sebagai tempat latihan perang, balai pengobatan tentara Muslim yang cedera, tempat tinggal sahabat yang dirawat, menerima tamu, penahanan tawanan perang dan pengadilan.

Masjid juga menjadi tempat bernaung musafir. Di rumah Allah inilah masyarakat mendapatkan makan, minum, pakaian dan keperluan lain.

Rasulullah menyediakan pekerjaan bagi penganggur, mengajar mereka yang buta huruf, menolong orang miskin, mengajar ilmu kesehatan dan kemasyarakatan dan memberi penjelasan perkara yang diperlukan umat.

Masjid Rasulullah adalah bangunan yang berasaskan takwa. Ia dijadikan tempat menimba ilmu, menyucikan jiwa juga landasan kebangkitan umat.

***

Banyak faktor mengapa umat menjauhkan masjid, diantara yang utama adalah:

  • Masjid tidak dapat menyelesaikan persoalan umat setiap hari. Ini disebabkan umat Islam hanya menjadikan masjid sebagai tempat sholat dan mengaji. Masjid sunyi sebelum sholat berjamaah. Lebih buruk lagi selepas sholat, masjid dikunci atas alasan keselamatan. Tidak ada lagi kedengaran gemuruh tilawah, tidak ada kelompok diskusi atau aktiviti membaca.
  • Sistem pengelolaan masjid tidak selaras antara pengurus dan imam atau perbedaan pandangan antara generasi tua dan muda menyebabkan suasana masjid menjadi tidak sehat.

***

Alangkah indahnya jika masjid dijadikan ‘jantung umat’. Setiap kali azan berkumandang akan meniupkan kerinduan umat untuk datang ke masjid seperti fungsi jantung bagi darah. Sebenarnya ada dua garis besar fungsi masjid, iaitu sebagai tempat ibadah (sholat) dan pusat kemasyarakatan.

Selain tempat mempelajari al-Quran, sholat dan berzikir, masjid juga menjadi lembaga amil zakat, infak dan sedekah, lembaga pencegah sengketa, pusat bantuan kemanusiaan dan tempat belajar bagi anak muda dalam pelbagai bidang ilmu.

Untuk itu pemilihan imam masjid dan ketua takmir yang akan memimpin memakmurkan masjid perlu dilakukan dengan teliti tanpa pilih kasih. Imam atau pegurus masjid hendaknya adalah pribadi yang mampu menyatukan umat, menghidupkan semangat musyawarah dan rujukan masalah umat Islam. Bukan sebaliknya.

Para takmir masjid yang merasa tidak mampu hendaknya berusaha menjalin kerjasama dengan orang yang memiliki ghirah untuk menghidupkan dan memakmurkan, meskipun mereka adalah generasi yang lebih muda, atau bahkan mungkin nampaknya berbeda pikiran dan pendapat.

Apabila masjid dapat berfungsi sebagai jantung umat, umat akan dapat bangkit dari kelemahan. Sesungguhnya, masjid bukan sekadar tempat sujud seorang hamba kepada Allah saja. Rasulullah telah memberikan teladan dengan kesuksesan yang gemilang.
Masjid adalah pusat jantung umat islam. Pemersatu umat dan pembangkit umat.

Kembalikan masjid sebagaimana fungsinya, buang jauh-jauh segala yang merugikan umat.
Ads
Adsvertisement

0 komentar:

Posting Komentar

 
Ads Ads Ads Ads Ads Ads

Mutiara Amaly vol 26. Copyright 2008 All Rights Reserved